Sering kali kita mendengar istilah waswas digunakan dalam konotasi negatif. Kadang kala ia juga dipakai terkait bisikan setan. Tapi tahukah Anda bahwa waswas merupakan kata serapan yang terambil dari bahasa Arab dengan pengucapan yang sama dan juga termasuk dalam al-Qur'an?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa waswas memiliki tiga makna. Pertama, waswas berarti ragu-ragu atau kurang yakin. Kedua, khawatir. Contohnya, dengan agak waswas ia melangkah di jalan sepi. Ketiga, bermakna curiga.
Dalam bahasa Arab, kata Waswas () adalah bentuk mashdar dari akar kata waswasa - yuwaswisu yang memiliki makna dasar berupa "suara lirih". Salah satu mufassir bernama Al-Maraghi menyatakan bahwa waswas berarti suara tidak nyaring yang berulang-ulang.
Dari makna dasar tersebut, kata Waswas kemudian berkembang menjadi suara lirih yang terdapat di dalam hati. Biasanya dipakai untuk bisikan-bisikan negatif. Kemudian, sebagian mufassir menggunakan kata waswas dengan pemahaman sebagai setan.
Lalu bagaimana penelusuran kata Waswas dalam al-Qur'an? Waswas dalam bentuk mashdar hanya ditemukan satu kali dalam al-Qur'an. Sedangkan Waswas dalam bentuk kata kerja terdapat empat, sehingga total kata waswas beserta derivasinya disebut sebanyak lima kali dalam al-Qur'an.
Kata Waswas dalam bentuk mashdar dapat ditemukan dalam QS An-Nas ayat 4 sebagai berikut :
Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi
Kata Waswas dalam bentuk kata kerja masa sekarang (fi'il mudhori') dapat ditemukan dalam An-Nas ayat 5
yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia
Kata Waswas dalam bentuk kata kerja masa lampau (fi'il madli) dapat ditemukan dalam QS Al-A'raf ayat 20 berikut ini :
Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)"
Kata Waswas dalam bentuk kata kerja masa lampau (fi'il madli) dapat ditemukan dalam QS Thaha ayat 120 berikut ini :
Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?"
Penggunaan kata waswas pada 4 tempat di atas, dapat disimpulkan merupakan bisikan yang dilakukan oleh setan. Terutama dengan gamblang dijelaskan bagaimana bentuk bisikan yang dilakukan setan terhadap adam dan hawa.
Setan membisikkan godaan-godaan agar manusia memandang hal-hal yang dilarang oleh Allah itu baik atau menyenangkan. Sebaliknya, memandang hal-hal yang diperintahkan oleh Allah itu sesuatu yang menyedihkan dan menyengsarakan.
Ada dua contoh godaan yang dibisikkan setan kepada Adam. Pertama, setan mengatakan kepada Adam bahwa Tuhan tidak menyukai mereka menjadi seperti malaikat. Kedua, bahwa Tuhan tidak menyukai mereka menjadi orang yang kekal.
Kata Waswas selanjutnya dalam bentuk kata kerja masa sekarang (fi'il mudhori) dengan bentuk muannats (perempuan) dapat ditemukan dalam QS Qaf ayat 16 berikut ini :
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya
Penggunaan kata waswas dalam ayat di atas lebih ke konteks bagaimana Allah Mahatahu atas segala bisikan isi hati manusia dan dicatat oleh dua Malaikat. Bisikan hati ini bisa bermacam-macam namun berasal dari manusia, berbeda dengan sebelumnya yang dikonotasikan kepada setan.
Wallahu a'lam...
0 Response to "Kata Waswas dalam Al-Quran"
Posting Komentar
Terima kasih telah membaca artikel ini. Bila berkenan, Anda bisa tinggalkan komentar. Semoga komentar-komentar baik Anda diberi balasan oleh Allah...