Khutbah Jumat: Nabi Muhammad sebagai Pedoman di Media Sosial

- KHOTBAH JUMAT -

Nabi Muhammad sebagai Idola dan Suri Teladan di Media Sosial

ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻟِﻠﻪِ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩْ ﻭَﻧَﻌُﻮﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﻣِﻦْ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺕِ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ، ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِﻩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞَّ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُ.  أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلاَّ اللّٰه وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰه، اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللّٰه، أُوْصِيْنِيِ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللّٰه، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. اتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللّٰهُ الْعَظِيمْ


Jamaah salat Jumat rahimakumullah

Pertama dan yang paling utama, marilah kita selalu mengedepankan Allah SWT dalam segala aktivitas. Termasuk mengucapkan rasa syukur atas segala nikmat yang Allah berikan kepada kita dengan mengucapkan alhamdulillah. Selawat beriringan salam untuk baginda Nabi Muhammad SAW yang menuntun umat manusia dari zaman kemunduran jahiliah menuju era kemajuan madaniah.

Tak lupa, khatib berwasiat kepada diri sendiri dan jamaah sekalian untuk meningkatkan takwa kepada Allah SWT. Takwa yang berarti menjalankan segala perintah Allah sekaligus menjauhi segala larangan-Nya.  

Jamaah salat Jumat rahimakumullah

Kita hidup di zaman media sosial. Beragam media sosial dapat digunakan secara gratis, seperti facebook, x yang dulunya twitter, instagram, tiktok, dan lain sebagainya. Kehadiran media sosial ini jika digunakan dengan positif tentu menghasilkan beragam manfaat yang memudahkan kita berinteraksi sehari-hari. Namun faktanya, masih banyak dari masyarakat Indonesia yang tidak menggunakan media sosial dengan bijak. Hal ini dibuktikan dengan survei yang dilakukan Microsoft pada tahun 2000 (di mana tahun itu merupakan tahun digital karena munculnya pandemi).

Survei menunjukkan bahwa peringkat kesopanan netizen Indonesia berada di peringkat ketiga terbawah dari total 32 negara di seluruh dunia. Padahal Indonesia pernah dikenal sebagai negara dengan populasi muslim terbesar dunia. Ada 2 sebab mengapa Indonesia menempati peringkat bawah. Pertama, banyaknya berita bohong atau hoaks. Kedua banyaknya hate speech atau ujaran kebencian. Dua faktor ini merupakan contoh kecil dari problematik media sosial yang jumlahnya sangat banyak sekali. Misalnya judi online, penipuan atau scamming, flexing atau pamer, nomophobia atau kecanduan gadget, dan lain-lain. 

Jamaah salat Jumat rahimakumullah

Lalu bagaimana cara kita agar dapat memanfaatkan media sosial dengan bijak? Bagaimana cara kita membentengi diri dan keluarga kita dari hal-hal negatif yang timbul dari media sosial? Jawabannya adalah ittiba atau mengikuti akhlak Nabi Muhammad SAW. sebagai umat Islam, kita telah mengenal bahwa Nabi Muhammad bukan hanya sebagai utusan Allah melainkan role model atau idola panutan. Begitu banyak kisah dan cerita yang disampaikan sahabat-sahabat Nabi tentang mulianya akhlak rasul.  Ingatkah kita bahwa di detik-detik wafatnya, Nabi masih memikirkan kita selaku umatnya. Begitu dalamnya samudera akhlak Nabi kita. 

Oleh karena itu, hendaknya kita mengenalkan sosok Nabi pada diri dan keluarga kita sejak dini. Tidak hanya kenal, bahkan kita pupuk cinta kita kepada Nabi. Di era dunia maya saat ini, akhlak karimah yang dicontohkan Nabi seolah-olah hilang dari muka bumi. Datangnya internet dan media sosial membuat banyak orang terlena dan teral. Padahal sehebat apa pun teknologi saat ini, ia akan usang, ketinggalan, dan tidak berlaku di masa depan. Sedangkan akhlak yang mulia tidak lekang oleh waktu dan selalu menjadi standar utama kemajuan peradaban dan karakter.

Jamaah salat Jumat rahimakumullah

Banyak akhlak Nabi yang bisa ditiru dan dijadikan solusi. Misalnya kita mengenal Nabi dengan tutur ucapannya yang santun dan lembut kepada siapa pun bahkan musuh-musuhnya. Nabi telah mengingatkan kita dalam sebuah hadis yang disampaikan Abu Hurairah bahwasanya Rasul pernah bersabda, (مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ) barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya dia mengucapkan hal-hal baik atau lebih baik diam. 

Oleh karena itu, bertuturlah atau ketiklah komentar-komentar yang santun di media sosial. Jangan mudah mengetikkan kata-kata yang mengundang provokasi, menghakimi, apalagi mencaci maki. Ketiklah dukungan untuk mereka yang ditimpa musibah dan doa untuk mereka yang diberikan anugerah. Jika tidak mengetahui akar permasalahan sebuah masalah, maka hendaknya kita diam tidak ikut-ikutan memberi komentar yang menghina dan merendahkan karena itu bukanlah akhlak Nabi.

Jamaah salat Jumat rahimakumullah

Kita juga mengenal Nabi memiliki sifat rendah hati dan tidak sombong. Meskipun beliau dipastikan masuk surga, ma’shum, dan sukses dalam berdagang, beliau tidak pernah menyombongkan diri dan memamerkannya. Nabi mengatakan Dari Sahabat Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ Janganlah kalian menyanjungku dengan berlebihan sebagaimana kaum Nasrani menyanjung Isa bin Maryam, sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba, maka panggillah aku dengan sebutan hamba Allah dan Utusan-Nya.

Oleh karena itu, marilah kita contoh Nabi untuk tidak memamerkan atau menyombongkan diri jika kita memiliki kelebihan atau keunggulan. Perilaku suka pamer di media sosial yang dikenal dengan istilah flexing dapat merusak dan menimbulkan berbagai kemudaratan. Mereka yang memiliki sifat flexing atau suka pamer akan menderita stres berat karena merasa dirinya harus selalu tampil sesuai yang dipamerkan. Ia takut jika dinilai rendahan. Ia akan berusaha segala cara untuk mempertahankan eksistensinya di media sosial.

Jamaah salat Jumat rahimakumullah

Selain itu, kita mengenal nabi sebagai sosok pekerja keras. Beliau berusaha dan giat dalam mengais rezeki. Sejak muda terbiasa menggembala kambing hingga dewasa menjadi pedagang kepercayaan Khadijah. Beliau tidak pernah menggunakan cara-cara kotor yang biasa digunakan masyarakat jahiliah yaitu berjudi. Allah berfirman dalam surat al-Maidah ayat 90. 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْاَنْصَابُ وَالْاَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji (dan) termasuk perbuatan setan. Maka, jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.

Judi merupakan perbuatan yang merusak. Judi dikenal sebagai jalan pintas tapi sesungguhnya hanyalah perampas, nasib tidak jelas, dan selalu membuat cemas. Penjudi selalu menginginkan dirinya beruntung dan orang lainnya hancur. Oleh karena itu, marilah kita contoh cara Nabi dalam meraih rezeki secara halalan thoyyiban. Kita jauhi segala bentuk judi termasuk judi online. Kenali bentuk dan ciri-ciri judi online. Selalu berhati-hati dengan segala kemudahan yang tidak wajar. Dan tanamkan sifat kerja keras dalam diri.

Demikian khotbah Jumat singkat ini. Semoga kita semua dapat meneladani dan mengamalkan akhlak mulia Nabi Muhammad, tidak hanya untuk diri kita, tetapi juga keluarga dan masyarakat sekitar. Mari bersama-sama saling mengingatkan, memberikan contoh, dan menghidupkan akhlak mulia Nabi Muhammad sehingga kita semua menjadi masyarakat yang bahagia tidak hanya dunia tetapi juga akhirat.

Wallahu a'lam..

Subscribe untuk mendapat email artikel terbaru:

0 Response to "Khutbah Jumat: Nabi Muhammad sebagai Pedoman di Media Sosial"

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca artikel ini. Bila berkenan, Anda bisa tinggalkan komentar. Semoga komentar-komentar baik Anda diberi balasan oleh Allah...